"It takes a village to raise a child," katanya. Kalimat ini sering dipakai oleh orang Amerika untuk menggambarkan betapa pentingnya keikutsertaan seluruh lapisan masyarakat dalam mendidik seorang anak. Tidak bisa cuma orang tuanya saja. Di sana ada peran nenek, kakek, guru, tetangga, teman, bahkan pemerintah. Ternyata, serumit itu untuk menciptakan manusia yang berkualitas.
Baru-baru ini, saya menyadari bahwa kalimat “takes a village” rupanya juga berlaku di industri kopi. Untuk menghasilkan kopi yang baik, diperlukan peranan banyak orang yang mau berkolaborasi, berbenah diri, dan keluar dari cara-cara lama yang hanya mengedepankan profit.
Belajar Bareng tentang Ekonomi Restoratif
Minggu, 27 Oktober 2024, saya dan teman-teman dari Komunitas Eco Blogger Squad berkesempatan untuk berdiskusi mengenai industri kopi di tanah air. Ruang kelasnya menyenangkan sekali, di Anomali Coffee, Setiabudi. Saat belajar, kami juga disuguhi kopi dan pastry. Perfekto. Serasa lagi nongkrong sama bestie.
Sore itu, kami sharing tentang ekonomi restoratif. Kata “restoratif” berasal dari Bahasa Inggris “restore,” yang artinya “membetulkan,” “memulihkan,” atau “mengembalikan ke kondisi semula.” Jadi, secara istilah, ekonomi restoratif adalah pertumbuhan ekonomi disertai pemulihan.
Apa yang dipulihkan? Memangnya kegiatan ekonomi bisa merusak? Ya, tentu saja. Malah, ekonomi ekstraktif adalah hal yang lebih jamak terjadi. Lingkungan kita jadi rusak ya gara-gara ini.
Setiap produk yang ada di dunia ini, apapun itu, dari mulai pakaian dalam sampai panci, dari mobil tua sampai jet pribadi, semua bahan bakunya, kalau tidak berasal dari dalam perut Bumi, ya dari yang ada di permukaannya. Dulu, orang main ambil saja kekayaan Bumi tersebut. Gali lagi… tebang terus. Praktik ini dikenal dengan istilah ekonomi ekstraktif. Dalam ekonomi ini, yang dipikirkan hanya profit alias keuntungan tiada batas. Aspek manusia dan alam tidak dipertimbangkan.
Namun, ekonomi restoratif membalikkan kehancuran tersebut. Dalam pelaksanaannya, ia menitikberatkan kebaikan di tiga bidang, biasa disingkat 3P: People (manusia), Planet (Bumi), dan Profit (keuntungan). Ekonomi restoratif berusaha untuk memulihkan luka lama yang disebabkan oleh ketamakan manusia dalam mengambil sumber daya alam.
Ekonomi Restoratif ala Java Kirana
Java Kirana adalah sebuah social enterprise yang sudah berjalan selama delapan tahun. Bisnis ini dibentuk karena para pendirinya melihat ada jurang besar antara harapan petani dan keinginan barista di kedai kopi.
Petani berharap untuk menerima upah yang lebih tinggi, setimpal dengan kerja keras mereka. Sedangkan kedai kopi ingin mendapatkan kopi yang pasokannya terjaga dan rasanya enak.
Java Kirana menghubungkan kedua pihak, mengisi jurang, dan menjadi jembatan dengan solusi-solusi berkelanjutan yang ditawarkan. Apa saja?
Pelatihan Petani
Java Kirana menyediakan pelatihan tentang teknik budidaya yang berkelanjutan, termasuk mengurangi penggunaan pupuk kimia yang selama ini merusak lahan tani.
Pada awalnya, penggunaan pupuk kimia memang menghasilkan panen yang lebih hebat. Namun, sebetulnya itu hanya hiburan semu dan sesaat. Sudah banyak kasus yang membuktikan bahwa praktik tersebut sangat buruk untuk jangka panjang. DI Vietnam, banyak kasus di mana kopi malah susah tumbuh karena lahannya telah rusak.
Selain itu, Java Kirana juga menggalakkan metode tumpangsari kepada petani. Praktik ini baik untuk efisiensi lahan. Sebab, sekalipun petak tanah lebih sedikit, petani tetap bisa menanam lebih banyak tumbuhan di saat yang bersamaan. Dampaknya, sumber pendapatan mereka bertambah.
Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Kopi
Sebelum Java Kirana hadir, petani umumnya menanam kopi sendiri-sendiri di lahan mereka yang terbatas. Hasilnya, tentu saja tidak memuaskan. Kuantitas panen sedikit, dan kualitas kopi tidak seragam. Semua kembali lagi kepada skill dan modal masing-masing.
Java Kirana memberdayakan para petani individu agar bergabung ke dalam komunitas. Di komunitas tersebut, mereka belajar keterampilan bertani yang sesuai dengan sains terkini, menyamakan persepsi, serta berbagi pengetahuan. Dengan begitu, mereka bisa memiliki standarisasi kualitas kopi yang menjadi tolak ukur bersama.
Melalui bimbingan Java Kirana, petani kini lebih produktif. Hasil panen mereka meningkat 20% dibandingkan dengan sebelumnya. Selain itu, kualitas kopi yang dihasilkan pun kini lebih konsisten, sesuai dengan yang dicari oleh stakeholders di hilir, seperti kedai kopi dan masyarakat.
Memperluas Market
Petani tradisional umumnya menghadapi kesulitan dalam mengakses pembeli karena mereka berladang secara individu. Akibatnya, kuantitas panen mereka tentu tidak banyak. Di sisi lain, pemilik kedai kopi ingin pasokan bahan baku mereka lancar dan jumlahnya sesuai kebutuhan.
Namun, sejak petani memperoleh pelatihan dan standarisasi kualitas kopi, hal tersebut bisa diatasi. Java Kirana akan mengumpulkan kopi-kopi petani, kemudian mempertemukan mereka dengan pasar yang lebih luas. Tentunya, Java Kirana juga memastikan bahwa petani mendapatkan harga yang berpatutan dari jaringan pasar yang telah dibangun. Dengan cara ini, petani kopi individu dapat menjual hasil panen mereka secara efektif, meskipun dalam jumlah kecil.
***
Membangun Ekosistem Industri Kopi ala Anomali Coffee
Selain Java Kirana, Anomali Coffee, sang tuan rumah, juga memaparkan apa saja yang sudah dilakukan selama ini bagi restorasi ekonomi.
Anomali Coffee ini adalah coffee shop yang sudah mature dan bisa dianggap sebagai dedengkot, maha senior, alias suhu di dunia perkopian lokal Indonesia. Saat kedai kopi belum menjamur, Anomali Coffee sudah lebih dulu eksis sejak tahun 2007!
Hebatnya lagi, kedai ini tidak hanya bertahan, tetapi juga semakin konsisten dalam komitmennya mengembangkan kopi berkualitas tinggi di tanah air melalui pengembangan ekosistem industri yang baik.
Anomali Coffee yang dikenal banyak orang memang hanya terlihat sebagai kedai kopi. Padahal, mereka punya berbagai lini usaha yang lain. Jangan kaget kalau Anomali ternyata juga merupakan supplier atau pemasok berbagai jenis kopi kepada sejumlah merek kedai kopi kesukaan kita, bahkan hingga ke restoran, hotel, dan jaringan bioskop! Tidak heran, karena Anomali sudah mengkurasi kopi-kopi terbaik yang ada di Nusantara, dari Aceh sampai Papua. Ini sangat membantu para pemilik kedai, karena mereka jadi seperti memiliki shortcut untuk menghasilkan kopi berkualitas. Di antara kopi yang Anomali kurasi yaitu Kopi Jawa Gunung Halu dan Java Palalongan yang mendapatkan penghargaan di Paris, Prancis pada tahun 2018 dan 2021.
Selain itu, Anomali juga punya Indonesia Coffee Academy yang memberikan pelatihan kepada barista supaya semakin mahir membuat kopi. Aktivitas ini sudah dimulai sejak tahun 2009.
Menghasilkan Kopi Berkualitas dengan 7 Langkah Penting
Anomali Coffee mengikuti tujuh langkah krusial yang harus dijalani untuk menghasilkan kopi berkualitas, yaitu:
1. Berjejaring dengan Petani di Indonesia: Anomali Coffee menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan petani kopi di seluruh Indonesia. Dengan membangun jaringan ini, Anomali dapat mengakses biji kopi terbaik dan mendukung petani lokal.
2. Internal Cupping: Setelah mendapatkan biji kopi, tim Anomali akan melakukan cupping internal. Cupping adalah metode untuk memilih cita rasa dan kualitas kopi terbaik melalui penciuman dan pengecapan.
3. Memilih Specialty: Berdasarkan hasil cupping, Anomali memilih biji kopi specialty, yaitu biji kopi yang memiliki karakter unik dan cita rasa yang khas. Ini menjadi langkah penting dalam memastikan kopi yang dihasilkan berkualitas tinggi.
4. Roasting (Pemanggangan): Proses pemanggangan adalah kunci untuk mengekstrak cita rasa terbaik dari biji kopi. Anomali Coffee memperhatikan setiap detail dalam proses ini untuk menghasilkan kopi yang sempurna.
5. Input Roasting Log/Profile into Cloud: Pencatatan ini memungkinkan Anomali untuk mengulang proses pemanggangan dengan konsisten.
6. Cupping Roasting: Setelah proses pemanggangan, cupping kembali dilakukan untuk menilai cita rasa dari kopi yang sudah dipanggang. Ini memastikan bahwa setiap kopi memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.
7. Kopi Disajikan: Akhirnya, kopi dapat disajikan ke pelanggan. Di Anomali. penyajian kopi kini sudah menggunakan gelas yang lebih ramah lingkungan dan biodegradable (mudah terurai).
***
Dari penjabaran para pegiat kopi, saya menyimpulkan bahwa kopi berkualitas lebih dari sekadar rasa. Ini bukan hanya tentang asam, manis, pahit, dingin, atau panas, serta perbandingan gula aren banyak ataupun sedikit. Semua elemen ini memang penting, tetapi itu hanya sebagian dari keseluruhan.
Proses yang terjadi sebelum kopi disajikan—mulai dari cupping, pemilihan biji, hingga pemanggangan—juga memiliki peranan krusial. Namun, yang tidak kalah penting adalah kesadaran bahwa secangkir kopi yang kita nikmati seharusnya tidak merusak Bumi atau merugikan petani.
It really takes a village to create a quality cup of coffee.
- Wednesday, October 30, 2024
- 0 Comments