Panduan Lengkap Gili Trawangan, Lombok (Transportasi, Akomodasi, Aktivitas dan Budget)

Sunday, April 22, 2018



Sebagian orang tergoda oleh Gili Trawangan karena pesonanya sebagai party island. Tapi bagi saya dan suami, reputasi ini justru membuat kami selalu menunda-nunda kunjungan ke sana.

Pulau dengan nama kecil Gili.T ini memang tidak menjadi prioritas kami. Saya dan suami lebih tertarik ke gili (pulau) lain yang masih belum terlalu dipadati turis. Bukan karena anti dengan hal-hal mainstream, namun kata party yang melekat pada pulau ini sangat tidak mendefinikan kami.

Tapi akhirnya saya dan keluarga ke sana juga, demi mendapatkan perasaan afdal dan komplet. Bagaimanapun, Gili. T adalah icon wisata pulau Lombok. Kami jadi penasaran, hal menarik apa sih yang ada di pulau ini hingga menyandang status tersebut?

Menyeberang ke Party Island

Cara paling populer untuk ke Gili Trawangan adalah dengan menyeberang menggunakan kapal melalui pelabuhan Bangsal yang terletak di Lombok Utara. Dari kota Mataram, pelabuhan ini bisa dicapai dalam waktu 50 menit. Sedangkan dari Bandara Internasional Lombok, waktu tempuhnya sekitar 1,5 jam.

Sebelum mencapai dermaga ini, kita akan melewati kawasan Sengigi terlebih dahulu. Rutenya berliku-liku, naik-turun. Kadang sukses membuat saya mabuk darat jika lupa mengisi perut.

Tapi sepanjang perjalanan, kita akan dimanjakan oleh pemandangan perbukitan hijau yang lebat tepat di sebelah kanan jalan. Dan panorama teluk, semenanjung serta lautan tanpa batas di sebelah kiri.

Pemandangan Pantai Sengigi dari jalan. Image: wisatafavorit.com
Tepat tengah hari, akhirnya kami tiba di Bangsal. kami langsung memarkir mobil di dalam pelabuhan. Biaya untuk menitipkan mobil selama 24 jam yaitu sebesar Rp.30,000.

Dari sana, kami lalu menuju ke loket untuk membeli tiket kapal. Ada dua macam tiket yang dipasarkan, kapal cepat (Rp.80 ribu/orang, sudah termasuk karcis masuk ke Gili Trawangan) dan yang lambat (15 ribu/orang + Rp.9 ribu/orang untuk karcis ke Gili Trawangan). Kami pun memilih opsi kedua karena tidak sedang terburu-buru.

Kapal lambat ini jugalah yang menjadi tumpuan utama para penduduk asli Gili Trawangan untuk menyeberang dari dan ke pulau Lombok. Tak heran jika nanti kita akan menyaksikan masyarakat membawa berbagai macam kebutuhan hidup ke atas kapal.

Ini dia kapal yang kami tumpangi (sebelah kiri)
Setelah menunggu sekitar 30 menit, kapal yang akan kami tumpangi akhirnya siap berangkat. Seluruh penumpang diarahkan untuk segera menaiki perahu. Saran saya, kita tidak perlu menggunakan alas kaki yang terlalu fancy, cukup memakai sandal. Lantaran kapal tidak benar-benar bersandar hingga bibir pantai yang berpasir. Mau tidak mau, penumpang harus menceburkan kaki ke dalam air. Saya menyaksikan sendiri, beberapa penumpang terlihat kerepotan karena harus melepas dan menenteng sepatu ke atas kapal.

Suasana di atas kapal
Dari Penginapan Mewah Hingga Murah Meriah

Gili Trawangan memang terkenal dengan hotel dan resort berkelasnya. Jarak antara satu sama lain pun hanya selemparan batu. Tapi begitu juga dengan penginapan murah meriah, tak sulit ditemukan. Bahkan ada yang menawarkan harga Rp. 50,000/malam/orang. Fasilitasnya hanya berupa kasur dan kipas angin.

Kami sendiri, memilih untuk bermalam di Mbah Mek Homestay. Penginapan sederhana milik kakek-nenek asal Surabaya yang sudah bertahun-tahun menetap di Gili. T. Dari sang istri, saya tahu kalau homestay ini adalah aset hari tua yang dibangun oleh suaminya sebelum memasuki masa pensiun.


Letak penginapannya sendiri memang agak ke tengah pulau, dekat dengan pemukiman dimana masyarakat asli Gili Trawangan tinggal. Bukan di tepi pantai sebagaimana resort mewah yang bertarif jutaan rupiah per malam itu.

Namun lokasi yang agak ke dalam ini sebanding dengan harganya yang sangat bersahabat. Hanya 200 ribu per malam, sudah termasuk sarapan pagi untuk dua orang. Kamar juga sudah dilengkapi dengan AC, TV kabel, wifi, dan kamar mandi di dalam. Sangat terjangkau, bukan?

Aktivitas di Gili Trawangan

Bagi yang suka pesta, Gili Trawangan tentu akan terasa seperti surga. Bar, minuman keras dan ganja ada dimana-mana. Bebas. Meski untuk hal terakhir itu, keberadaannya tidak gamblang.

Musik-musik keras mengalahkan suara azan yang hanya terdengar sayup-sayup dari bagian tengah pulau. Budaya Indonesia dan Agama Islam seperti hilang di pulau kecil ini.

Lalu aktivitas apa yang bisa dilakukan bagi yang tidak suka pesta? Apalagi yang datang bersama keluarga?

Bersepeda Keliling Pulau dan Menikmati Matahari Terbenam

Si kecil ketiduran saat diajak bersepeda :D
Sore itu kami menghabiskan waktu dengan bersepeda mengelilingi pulau, diakhiri dengan bermain dan duduk-duduk di pantai sambil menyaksikan matahari terbenam.

Sepeda merupakan salah satu moda transportasi utama di Gili.T, selain cidomo (sejenis delman). Tidak ada motor apalagi mobil yang berlalu-lalang di pulau ini.

Menurut kami, akan kurang lengkap rasanya jika kita tidak bersepeda di Gili Trawangan. Pasalnya, biarpun termasuk pulau kecil, Gili. T cukup besar untuk dijelajahi hanya dengan berjalan kaki. Perlu waktu sekitar satu jam untuk berkeliling pulau menggunakan moda transportasi ini.

Image: Le Pirate Gili Trawangan
Enam puluh menit tersebut tidak terasa karena sepanjang jalan kita akan disuguhi pemandangan dan suasana yang berbeda pada setiap sisi pulau. Di sisi timur hingga barat daya, Gili. T dipadati oleh club, bar, hotel dan restoran. Setiap tempat seperti berlomba-lomba menawarkan konsep dan desain arsitektuk yang unik untuk menarik pengunjung. Mau desain ala beach house nya Amerika Serikat? Ada! Atau resort dengan nuansa Indonesia? Banyak!

Hanya melihat-lihat deretan akomodasi ini saja, mata kami sudah cukup dimanjakan.


Image: Pearl of Trawangan
Di bagian lain pantai, suasananya lebih tenang dan sepi. Sebagian jalan bahkan terputus sehingga kami harus turun dan menenteng sepeda. Hanya ada pasir putih di sepanjang jalan, dibatasi oleh lautan berwarna biru tosca. Rasanya jadi sangat berat untuk mengayuh pedal di atas pasir seperti itu. Kami lelah, tapi justru di situlah letak keseruan dan keunikannya.

Bersepeda di Gili. T, rasanya seperti sedang scrolling feed Instagram, tapi versi asli. Dan rasanya jauh lebih menyenangkan. Jika tidak dengan bersepeda, belum tentu kami bisa menjelajahi semua ini.

Setelah hari mulai petang, kami mulai mencari tempat untuk menyaksikan matahari terbenam. Perlu diketahui, setiap wisatawan boleh menikmati pantai yang ada di sini, meskipun kelihatannya pantai tersebut sudah “dikuasai” oleh bar/restoran/hotel tertentu. Asal cukup tau diri saja. Jika ingin duduk di kursi yang mereka sediakan, sebaiknya pesanlah makanan atau sekedar minuman. Jika ingin cara ekonomis, cukup duduk di atas pasir. Banyak wisatawan yang melakukannya, baik itu turis lokal, maupun asing.

Ada yang duduk di kursi, sebagian lainnya cukup duduk di pasir
Kami sendiri akhirnya duduk di sekitar restoran tepi pantai milik Ombak Sunset hotel. Tempat ini cukup terkenal. Ditandai dengan ayunan yang ada di laut. Jika hari sedang cerah, kita bisa menyaksikan siluet gunung Agung yang berada di pulau seberang, Bali.

Image: Ombak Sunset
Snorkeling di Tiga Gili dan Berenang Bersama Penyu

Di hari kedua, saya mencoba menyelami dunia bawah air di tiga gili (Trawangan, Air dan Meno). Tidak sulit untuk menemukan jasa penyedia paket snorkeling di Gili. T. Hampir di setiap sudut menawarkannya.

Ada dua jenis paket yang biasa dijual, private dan public boat. Saya sendiri memilih opsi yang kedua. Biayanya lebih murah dibandingkan dengan yang private, namun jumlah pesertanya juga lebih banyak. Biayanya hanya Rp.100,000 rupiah untuk snorkeling selama 4-5 jam. Sudah termasuk peralatan, tapi belum termasuk makan siang. Saya memesan tiketnya langsung di penginapan Mbah Mek.

Kapal kami berhenti di tiga titik. Spot pertama adalah di sekitar patung ini. Sayang, saya tidak bisa mengabadikan kegiatan snorkeling tersebut karena tidak memiliki kamera bawah air.

Image: alexkyddphoto, stephanie_theresia & mantadivegilit
Buat saya, pemandangan aslinya lebih bagus dibandingkan dengan foto di atas. Banyak ikan warna-warni berenang di antara patung-patung tersebut, sehingga suasananya terasa lebih hidup. Saya merasa seperti sedang berenang di akuarium raksasa. Terumbu karang di sekitar sini juga masih cantik dan penuh warna.

Beralih ke lokasi yang kedua, kali ini tujuan kami adalah untuk melihat penyu. Sebagian orang berpendapat, agak sulit untuk menemukan penyu-penyu tersebut di perairan kni. Beruntung, pemandu kami sangat jeli. Kami sempat melihat penyu besar hingga lima kali. Saya langsung semangat untuk berenang bersama penyu-penyu tersebut, mengikutinya pelan-pelan dari belakang. Hati saya bersorak gembira menyaksikan penyu-penyu ini hidup dengan aman.

Image: vagablonding.com
Rasanya mustahil kami bisa mendeteksi keberadaan mereka jika tidak ditunjukkan oleh pemandu kami yang berpengalaman. Penyu tersebut seperti berkamuflase dengan sekitarnya dan berenang cukup dalam.

Setelah berenang bersama penyu, tenaga saya mulai habis. Saya pun tidak terlalu banyak menghabiskan waktu di lokasi ketiga, di sekitar Gili Air. Tapi yang saya ingat, di tempat ini ada banyak karang-karang besar dengan bentuk unik. Rasanya sedap-sedap menyeramkan melihat pemandangan tersebut. Jantung saya berdebar saat melihat bayangan hitam di dasar laut, lantaran warna dan ukuran karangnya mirip ikan besar.

Puas menikmati pemandangan bawah air, kami dan rombongan naik ke kapal. Lalu pemandu membawa kami menuju gili Air untuk makan siang. Kami pun istirahat sejenak sambil saling bercerita tentang pengalaman yang baru saja kami rasakan.

***

Yang perlu diketahui sebelum ke Gili Trawangan:

  • Penyeberangan pertama dari Bangsal ke Gili. T dan sebaliknya adalah pukul 8.00 pagi dan terakhir pukul 5.00 sore.
  • Lebihkan budget untuk konsumsi karena harga makanan di Gili Trawangan lebih mahal dari daerah lain di Lombok. Bahkan untuk menu lalapan ayam (pecel ayam) pinggir jalan saja, harganya masih sedikit lebih mahal dari di Jakarta (sekitar 30 ribu/porsi).
  • Untuk makanan di restoran, harganya mirip dengan restoran di dalam mall di Jakarta. Atau berkisar 150ribu-200ribu/orang (makan + minum). Tergantung jenis dan kelas restoran.
  • Ada dua pilihan waktu untuk snorkeling menggunakan  public boat, Pukul 10.00 pagi - 3.00 sore dan 1.00 siang - 5.00 sore.

Total Pengeluaran 2 Hari 1 Malam

  • Kapal (pergi-pulang) : 30,000 x 2 orang = 60,000
  • Tiket masuk Gili. T : 9,000 x 2 orang = 18,000
  • Penginapan (termasuk sarapan pagi) : 200,000/malam
  • Sewa Sepeda Biasa : 30,000/Hari
  • Sewa Sepeda dengan kursi Anak: 70,000/hari
  • Snorkeling : 100,000 x 2 orang = 200,000
  • Makan siang (2x) : 200,000 (2 dewasa, 1 balita)
  • Makan malam : 100,000 (2 dewasa, 1 balita)

Total: Rp. 878,000 ÷ 2 orang = 439,000/orang

You Might Also Like

4 comments

  1. Hai, Kak, saya liburan kesana April tahun lalu. Tapi tidal menginap karena bawa bayi dan balita haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah.. luar biasa liburan bawa 2 anak. Saya masih bljr liburan dgn 1 anak nih.. hehe.

      Delete
  2. Halo Kak, gara-gara postingan ini bikin pengen ke Gili Trawangan, kayaknya harus nabung neh melihat harga makanan yang mahal gileee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul.. mungkin karena sebagia
      besar bahann baku hrs dibawa dari luar pulau, jadi mahal deh. Anyway, semoga kesampean yah jalan-jalan ke Gili. T nya :D

      Delete

MY SCIENCE EDUCATION WEBSITE

A Member of

A Member of

Komunitas