Halo, tulisan ini adalah lanjutan dari cerita sebelumnya tentang pengalaman saya menggunakan KB implant/KB susuk. Ternyata topik ini menjadi salah satu tulisan yang paling sering dibaca di blog saya loh. Hmm..apakah ini pertanda kalau di luar sana, masih banyak ibu-ibu yang galau dan ragu untuk pakai KB ini?
Implant, sebagai alat kontrasepsi, memang masih kalah pamor dibandingkan dengan jenis KB lain. Jadi agak susah juga mencari opini dari orang-orang di sekitar kita. Padahal, sebagai perempuan kita butuh sekali informasi yang detail tentang manfaat dan efek samping dari KB jenis ini. Pada akhirnya, tubuh kita lah yang akan merasakan dampak dari pemakaiannya, ya kan?
Note: cerita ini ditulis berdasarkan pengalaman saya menggunakan KB implant di 6 bulan pertama. Saya menyarankan pembaca untuk meluangkan waktu sejenak membaca review saya yang terbaru setelah pemakaian selama 2,5 tahun. Ternyata ada banyak perubahan dan efek samping yang baru saya rasakan setelah pemakaian jangka panjang. Mau tidak mau, pendapat saya terhadap KB ini pun berubah.
Untuk membaca tulisan tersebut, silakan klik tautan ini. Happy reading!
Hi moms, kali ini saya mau memberikan sharing mengenai pengalaman saya menggunakan KB jenis impant/susuk. Saya mengangkat topik ini karena sepertinya masih jarang orang Indonesia yang menggunakan alat kontrasepsi ini. Sebelum saya memutuskan untuk memakai KB ini, saya sempat mencoba googling mengenai pengalaman dari mommy lain yang memakai KB implant, tapi waktu itu informasinya masih susaaaah sekali ditemukan. Oh iya, KB impant sendiri adalah KB yang bentuknya seperti batang korek api, kemudian disuntikkan ke salah satu lengan. Alat kontrasepsi ini memproduksi hormon progestin, yang mencegah keluarnya sel telur serta menghalangi sperma mencapai sel telur.
Honestly, dulu sebelum nikah, saya nggak kepikiran sama sekali tentang KB dan nggak tertarik untuk cari tau juga. Paling saya cuma pernah denger tentang KB spiral dan pil. Itu pun tau gara-gara denger obrolan ibu saya sama ibu-ibu lain. Ternyata...masalah KB ini memang cukup memusingkan. Apalagi setiap jenis KB memiliki tingkat keberhasilan dan efek samping yang berbeda.
Hi...saya mau sharing tentang pengalaman saya naik pesawat saat hamil. Menurut saya, informasi ini akan sangat bermanfaat untuk bumil yang ingin bepergian, terutama yang kasus jarak dan waktu tempuhnya ektrem kayak saya: 24 jam! haha.. Yup.. sewaktu hamil 5 bulan, saya harus naik pesawat ke Amerika Serikat untuk menemani suami yang akan melanjutkan studi di sana.
Berhubung sponsor beasiswa suami tidak menanggung biaya pesawat istri, maka kami pun terpaksa berbeda pesawat demi mendapatkan tiket yang lebih murah untuk saya. Rute saya saat itu Jakarta-Kuala Lumpur (Malaysia) - Doha (Qatar) - Philadelphia (Amerika Serikat) - Columbus (Amerika Serikat, kota tujuan)! Total 4 kali saya ganti pesawat (Fiuh, lap keringet). Membayangkannya saja sudah capek ya. Apalagi saya harus pisah pesawat dengan suami, jadi semakin khawatir.
Dengan segala persiapan, alhamdulillah penerbangan saya berlangsung dengan lancar dan badan saya masih terasa segar ketika sampai di kota tujuan. Padahal waktu itu pesawat dari Philadhelphia ke Columbus mengalami penundaan, sehingga saya harus menunggu lebih lama. Ditambah lagi terdapat perbedaan waktu 12 jam lebih awal antara Indonesia dan Amerika Serikat. Saya hanya sedikit jetlag, tapi tidak berpengaruh apapun terhadap kehamilan saya.