Mengenal Gas Rumah Kaca, Penyebab dan Dampaknya

Saturday, June 25, 2022

Gas Rumah Kaca merupakan istilah yang kadang sulit dipahami oleh masyarakat awam. Berdasarkan survei kecil-kecilan yang dilakukan oleh akun Instagram Greenpeace (organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang lingkungan), ditemukan bahwa sebanyak 60% responden mengira kalau gas rumah kaca yang menyebabkan krisis iklim itu, berasal dari bangunan rumah kaca. Padahal ini keliru, ya! 


Menurut saya, miskonsepsi seperti ini penting untuk diluruskan, mengingat betapa seringnya terminologi ini muncul dalam jutaan artikel mengenai perubahan iklim. Pemahaman yang benar juga memungkinkan kita untuk beraksi dan mengambil langkah yang tepat dalam melestarikan Bumi. 


Mengenal Gas Rumah Kaca


Gas rumah kaca adalah gas-gas yang berada di atmosfer. Contoh gas-gas tersebut yaitu karbondioksida (CO2), metana (CH4), Uap Air (H2O), Ozon (O3), dll. 


Sebagaimana unsur Bumi yang lain, gas-gas rumah kaca juga memiliki tugas penting, yakni memerangkap panas matahari yang masuk ke Bumi supaya tidak keluar lagi. 


Dalam jumlah normal, gas rumah kaca sangat bermanfaat bagi meregulasi suhu Bumi agar selalu berada di titik nyaman. Tanpanya, planet kita ini akan terlalu dingin.


Namun sejak ditemukannya mesin-mesin yang dioperasikan dengan bahan bakar minyak bumi maupun batubara (lebih tepatnya sejak revolusi industri hingga sekarang), gas rumah kaca (terutama CO2), menjadi semakin ramai di atmosfer. 


Selain itu, aktivitas kita yang kurang mindfull terhadap alam pun bisa menjadi sumber emisi. Ketika kita memilih untuk naik motor saat ke warung ketimbang berjalan kaki, atau dikala kita lupa mematikan AC dan mencabut saklar listrik, disaat itulah gas-gas rumah kaca bertambah banyak di atmosfer. Sudah tau kan ya, kendaraan bermotor dan listrik juga menggunakan minyak bumi dan batubara sebagai sumber energi? 


Menariknya, gas rumah kaca ini sebetulnya juga terjadi di alam, dan dihasilkan oleh makhluk hidup yang ada di sekitar kita. Sebagai contoh, sendawa sapi akan mengeluarkan gas metana, tanaman padi pun dapat menghasilkan gas ini.


Biarpun alami, jika dikembangkan dalam skala industri yang masif, dampaknya juga tidak baik bagi Bumi. Itulah sebabnya, banyak pegiat lingkungan mencoba untuk mengurangi memakan daging sapi. Hal ini dilakukan demi menekan permintaan akan sapi ternak. Sedangkan dalam kasus sawah padi, pemerintah di banyak negara berupaya untuk mengembangkan bibit padi yang rendah emisi metana. 


Lalu, Apa itu Efek Rumah Kaca?


Teman-teman pasti tau kan ya apa itu rumah kaca? 

Singkatnya, rumah kaca adalah bangunan yang terbuat dari kaca. Bangunan ini memungkinkan petani di negara empat musim untuk bercocok tanam sekalipun di musim dingin.

Hal ini bisa terjadi, karena kaca-kaca di rumah tersebut membiarkan panas matahari masuk, namun mencegahnya untuk keluar lagi. Tanaman di dalam rumah pun bisa tetap hangat dan tumbuh dengan baik.

Nah, gas-gas rumah kaca juga bekerja seperti rumah kaca tersebut. Makanya, proses ketika gas-gas rumah kaca memerangkap panas matahari, sehingga menyebabkan Bumi menjadi hangat, disebut juga sebagai efek rumah kaca.


Apa yang Terjadi Jika Gas Rumah Kaca Terlalu Banyak?


Tentu saja yang terjadi adalah hal yang kontraproduktif. Bukannya suhu ideal yang didapat, tapi malah panas! Kondisi yang kita kenal dengan sebutan pemanasan global pun, terjadi. 


Pemanasan ini, berdampak negatif bagi semua lini kehidupan kita. Apa saja contohnya?


Mengancam Ketahanan Pangan

Pemanasan global, bisa menghadirkan tamu tak diundang, yakni cuaca ekstrim. Cuaca yang tidak bersahabat ini membuat ketahanan pangan kita berkurang. Pasalnya, nelayan jadi sulit melaut akibat ombak yang ganas, sedangkan petani jadi sering gagal panen karena cuaca buruk. 


Kalau bahan pangan sudah menjadi langka, kira-kira apa yang akan terjadi? Ya harga naik, semua orang pun jadi pusing!


Baca juga: Meroketnya Harga Cabai dan Perubahan Iklim, Apa Hubungannya?



Keindahan Alam Rusak 

Keindahan wisata alam tidak akan bisa diwariskan ke anak cucu kita. Hanya menjadi cerita dan legenda. 


Saat ini saja, sudah banyak gletser atau salju abadi di dunia yang mencair akibat pemanasan global. Salju abadi di Papua adalah salah satu yang terdampak. 


Baca juga: Salju di Papua Mencair, Terus Kenapa?


Bencana Alam Semakin Marak

Pemanasan global membuat air laut menguap lebih banyak, sehingga hujan semakin ganas. Bencana seperti banjir pun jadi menyambangi wilayah-wilayah yang sebelumnya tidak pernah didatangi bencana. 


Kawasan Pesisir Tenggelam

Bukan rahasia lagi kalau pemanasan global akan membuat es di kutub mencair. Walaupun kejadian luar biasa ini terjadi di ujung dunia sana, namun dampaknya akan terasa sampai ke negara kita. Wilayah-wilayah pesisir yang rendah, akan terancam tenggelam akibat permukaan air laut yang naik. 


Masalah kesehatan

Gelombang panas bisa menyebabkan kebakaran hutan. Selain merusak hutan itu sendiri, kebakaran juga menghadirkan berbagai masalah pernafasan dan mengganggu kualitas hidup warga. Tahukah teman-teman, warga Riau yang langganan terkena dampak kebakaran hutan, sudah harus memakai masker kemana-mana, bahkan sebelum wabah Covid melanda.


Mengganggu Penerbangan

Siapa sangka, pemanasan global juga bisa berpengaruh pada dunia penerbangan? Jika cuaca ekstrim kerap datang, penundaan penerbangan akan lebih sering terjadi. Tidak nyaman, bukan? Jika teman-teman ingin tau apa saja dampak dari pemanasan global terhadap dunia penerbangan dengan lebih detail, bisa klik artikel yang ditulis oleh suami saya ini, ya! 


Perubahan Iklim dan Traveling 


***


Wah, ternyata banyak sekali ya huru-hara yang bisa terjadi akibat gas rumah kaca yang berlebihan di atmosfer. 


Kira-kira, langkah apa yang dapat teman-teman lakukan untuk menguranginya?


Baca juga: 


Membuat Kompos Untuk Pemula - Sederhana, Mudah, Murah


Kreatif Mendidik Anak dan Mengelola Sampah Dengan Ecobrick


You Might Also Like

0 comments

MY SCIENCE EDUCATION WEBSITE

A Member of

A Member of

Komunitas