Potret Dampak Perubahan Iklim di Tiga Negara: Indonesia, Malaysia, dan Amerika Serikat

Sunday, May 21, 2023


Walau telah bermukim puluhan tahun di Jakarta, ada pepatah Minang yang masih dipercaya keluarga saya hingga sekarang, yaitu alam takambang jadi guru (alam yang terbentang luas adalah sumber ilmu). Mungkin karena prinsip ini pula, kedua orangtua santai melepas saya merantau ke berbagai tempat sejak remaja. Mulai dari menetap di pulau Lombok, belajar ke negeri jiran Malaysia, hingga bermukim di Amerika Serikat. 


Sebagaimana makna falsafah Minang tersebut, menjajal hidup di berbagai tempat ternyata memang mengajarkan saya banyak hal. Salah satunya yaitu tentang kondisi Bumi kita sekarang. Meski telah jauh melangkah, perubahan iklim terus membuntuti saya. Dampak dari kebrutalan perubahan tersebut bermanifestasi dalam beragam bentuk. Seringnya berupa bencana hidrometeorologi (bencana yang terjadi di atmosfer, air dan lautan) seperti banjir, kekeringan, gelombang panas, dan sebagainya. Dari bencana-bencana ini, muncul masalah-masalah lain yang mengganggu kehidupan kita sehari-hari.


Potret-potret perubahan iklim yang saya temui di ketiga negara tersebut saya rangkum dalam catatan di bawah ini.


Potret 1: Banjir, Tanah Longsor, dan Kekeringan di Lombok


Pulau Lombok merupakan area yang sensitif terhadap perubahan iklim. Pasalnya, Lombok diapit oleh daerah-daerah yang relatif basah dan relatif kering. Dalam kehidupan sehari-hari, dampak perubahan iklim datang dalam wujud banjir, tanah longsor, dan kekeringan yang silih berganti. 


Setiap tahun adaaa saja infrastruktur yang rusak karena terpaan cuaca. Akses jalan dan jembatan ke desa-desa yang menjadi daerah tujuan wisata acapkali amblas. Terasa miris lantaran Lombok digadang-gadang sebagai daerah pariwisata prioritas, tetapi perubahan iklim malah mengacaukan geliat pariwisatanya. Belum lagi jika pegunungan dan bukit-bukit di Lombok longsor akibat hujan. Wisatawan pasti semakin kecewa jika pemandangan aslinya tidak seindah video reel instagram.

Tangkapan layar berita longsor di Lombok dari Antara News NTB di tautan https://mataram.antaranews.com/berita/233301/tergerus-longsor-jembatan-menuju-wisata-ulem-ulem-di-tete-batu-lombok-timur-putus


Berganti musim, berubah pula ujian bagi masyarakat Lombok. Kekeringan malah melanda kabupaten Lombok Tengah, tempat saya tinggal.


Kelangkaan air adalah realita baru yang tidak pernah saya antisipasi. Ketika pertama kali datang sebagai wisatawan, masalah ini tidak terlihat. Masih bersembunyi dibalik fasilitas hotel berbintang.


Awalnya saya cukup struggling untuk menyesuaikan diri dengan situasi ini. Apalagi di Jakarta saya dimanjakan dengan aliran air melimpah. Sedangkan sekarang air hanya mengalir selama beberapa jam sehari pada waktu yang tak tentu. Jika lupa menampung air, aktivitas harian yang seharusnya mudah lantas menjadi susah. Repot untuk memasak, mencuci piring, dan membasuh pakaian. Kaum wanita pun kesulitan menjaga kesehatan reproduksinya, terutama mereka yang sedang datang bulan maupun menjalani masa nifas.


Potret 2: Banjir di Utara Malaysia


Kampus saya yang terletak di bagian utara Malaysia mengumumkan bahwa acara konvokesyen (wisuda) pada November 2010 silam terpaksa ditangguhkan lantaran jalan raya utama menuju kampus terhadang air. Penerbangan pun dibatalkan karena landasan pacunya terendam banjir. Pembatalan konvokesyen ini juga dilakukan sebab para karyawan yang bertugas pada acara kelulusan turut menjadi korban keganasan air.


Sebagaimana yang kita tahu, wisuda adalah momen berharga, tidak hanya bagi pelajar yang lulus, tetapi juga seluruh anggota keluarga. Pembatalan wisuda tentunya merepotkan dan merugikan dari sisi finansial karena rencana penerbangan dan pemesanan hotel jadi ikut berubah. 


Banjir tahun 2010 ini disebut sebagai salah satu banjir terburuk di Utara Malaysia dan meninggalkan trauma. Walau kawasan sekitar dan menuju kampus saya termasuk asri, rupanya banjir tetap tak bisa dielakkan karena curah hujan kali ini terlalu tinggi. Para pakar di Malaysia setuju bahwa perubahan iklim adalah salah satu biang kerok dari kejadian luar biasa ini.


Sejumlah headline berita mengenai banjir di Kedah, Utara Malaysia pada tahun 2010 silam


Potret 3: Gelombang Panas di kota Columbus, Amerika Serikat 


Siapa yang menyangka bahwa heatwave atau gelombang panas bisa memutus pasokan listrik di satu wilayah? Terdengar mustahil memang, tapi itulah yang terjadi di kota Columbus, Ohio, pada musim panas tahun 2022 lalu. 


Saat gelombang panas terjadi, masyarakat berlomba menyalakan AC untuk menyejukkan diri. Namun, permintaan listrik tersebut jauh melampaui kapasitas penyedia jasa listrik dan malah mengancam kerusakan di saluran transmisi. Pemadaman listrik secara bergilir pun terpaksa dilakukan untuk menghindari kerugian yang lebih besar.


Selama tiga hari pemadaman, kota saya nyaris lumpuh. Lampu lalu lintas mati total. Jalanan menjadi lebih chaos dari biasanya. Angka kecelakaan pun bertambah.


Urusan perut pun agak sulit dipenuhi karena restoran banyak yang tutup. Beberapa supermarket tidak bisa beroperasi. Saya terpaksa berkendara lebih jauh untuk mencari supermarket lain. Gawatnya lagi, kompor di rumah juga tidak bisa digunakan. Hari itu, baru saya tahu kalau kompor gas yang umum digunakan di sini ternyata tetap memerlukan aliran listrik untuk memantikkan api.


Di saat masyarakat kesulitan mencari bahan pangan, beberapa supermarket malah membuang ribuan makanan dingin dan beku karena dianggap sudah menurun kualitasnya dan tidak layak jual. Ada es krim yang mencair, daging yang tak lagi segar, buah-buahan yang membusuk. Semua menjadi sia-sia hanya karena gelombang panas yang berlangsung beberapa hari saja!


Penampakan chiller di salah satu supermarket di kota Columbus, Ohio yang terpaksa dikosongkan karena isinya dianggap sudah tidak layak jual.
Foto: Dokumentasi pribadi

Mengapa Bencana Iklim Terjadi?


Perubahan iklim adalah isu kompleks. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Aktivitas manusia adalah salah satu biang keroknya, dan revolusi industri merupakan cikal bakalnya. Dulu, barang-barang hanya bisa diproduksi dalam jumlah terbatas. Dibuat satu-persatu dengan tangan. Kala itu tidak ada manusia yang mampu menebang jutaan pohon dan mengeksploitasi sumber daya alam. Namun sejak kehadiran mesin-mesin, segalanya berubah.


Revolusi industri juga merupakan bibit dari konsumerisme. FOMO (fear of missing out) menjadi jenis pandemi baru. Kita tak ingin ketinggalan segala jenis kendaraan, barang elektronik, fashion, skin care, perabot rumah, serta kuliner terkini. Padahal untuk memproduksi semua itu, alam lah yang dikorbankan. Alih-alih diperlakukan sebagai guru, alam hanya dianggap penyedia bahan baku yang patut dieksploitasi tanpa mementingkan kelangsungan hidup selanjutnya.


Kita Harus Bagaimana?


Sulit bagi kita, orang awam, untuk menghentikan produksi. Namun, kita memiliki kekuatan untuk mengurangi konsumsi. Pada waktunya, para pelaku industri akan semakin lentur dengan tuntutan konsumen. Apalagi jika kita melakukannya secara serentak.


Untuk kontribusi yang lebih impactful, kita bisa menyalurkan donasi melalui lembaga non-profit yang memperjuangkan kelestarian lingkungan seperti Greeneration Foundation Indonesia. Greeneration Foundation mengusung inisiatif Green Fund Digital Philanthropy yang memungkinkan masyarakat untuk berdonasi bagi solusi perubahan iklim secara online. Nantinya, donasi tersebut akan disalurkan kepada gerakan, proyek, ataupun inovasi lingkungan yang ingin membuat perubahan namun terhambat pendanaan. 


Laman donasi Greeneration Foundation Indonesia

***


Alam telah menunjukkan berbagai tanda bahwa kondisinya tengah kritis. Potret-potret dampak perubahan iklim dari tiga negara tersebut pun menjadi bukti. 


Saya mengajak kita semua untuk BERAKSI. Yuk, gotong royong Rp.10.000 bersama 10 juta masyarakat lainnya selama 10 tahun demi masa depan Bumi yang lestari. Kita pun tidak perlu khawatir dibuntuti bencana iklim lagi. 


***


Referensi:

You Might Also Like

0 comments

MY SCIENCE EDUCATION WEBSITE

A Member of

A Member of

Komunitas