Image: Fimela Family

Tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi Game Level 4 tentang gaya belajar anak kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional 

*** 

Di rumah, Kautsar memiliki buku favorit mengenai bumi dan luar angkasa. Setiap harinya, Kautsar akan membolak-balik halaman buku dan mencari bagian mengenai kereta api bawah tanah dan pesawat. Matanya berbinar setiap kali menemukan halaman tersebut.

Banyak sekali gambar-gambar menarik yang ada di buku ini. Saya sering berusaha untuk mengenalkan Kautsar dengan hal-hal lainnya yang ada di buku. Kautsar mau mendengarkan, namun semuanya masih kalah dengan ketertarikannya terhadap pesawat dan kereta api.

Tanpa saya duga, hari ini Kautsar mulai tertarik dengan alat transportasi baru: kapal selam. Kautsar menunjuk-nunjuk gambar kapal selam yang ada di buku dan meminta saya untuk bernyanyi. Saya agak bingung harus menyanyikan lagu apa karena setau saya tidak ada lagu Indonesia dengan tema kapal selam.

Karena Kautsar kelihatan mulai tertarik, saya pun memberikan sedikit penjelasan tentang kapal selam ke Kautsar. Dilanjutkan dengan menyanyikan lagu lawas Yellow Submarine dari group The Beatles.

"In the town where I was born
Lived a man who sailed to sea
And he told us of his life
In the land of submarine

So we sailed up to the sun
Till we found the sea of green
And we lived beneath the waves
In our yellow submarine

We all live in a yellow submarine
Yellow submarine, yellow submarine" 2x

Hanya itulah satu-satunya lagu yang terpikir oleh saya pada saat itu. Padahal biasanya saya akan berimprovisasi menyanyikan lagu yang liriknya saya karang-karang sendiri.

Ternyata Kautsar sangat tertarik dan meminta saya untuk menyanyikan lagu yellow submarine berulang kali.

Dari pengamatan saya hari ini, Kautsar belajar dengan gaya visual + auditory.

Tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi Game Level 4 tentang gaya belajar anak kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional

***

Tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi Game Level 4 tentang gaya belajar anak kelas Bunda Sayang Institut Ibu Profesional

***

Setiap harinya, Kautsar pasti meminta saya untuk menyanyikan lagu "enam" dan lagu "robot" hingga puluhan kali. Judul lagu tersebut kautsar sendiri yang menentukan. Tau lagu dengan lirik "lingkaran kecil lingkaran kecil lingkaran besar, dikasih pisang lalu dimakan. Enam kali enam tiga puluh enam, dst? Itu lah lagu "enam" yang Kautsar maksud. Sedangkan lagu robot merupakan lagu karangan saya sendiri 😄. Jika di lagu "enam" saya memperkenalkan Kautsar dengan bentuk lingkaran, maka di lagu robot saya memperkenalkan Kautsar dengan bangun datar persegi dan persegi panjang.

Tanpa disadari, Kautsar jadi mengerti tentang bentuk lingkaran, persegi dan persegi panjang dengan mudah. Ketika saya tes dengan menggambar lingkaran atau persegi panjang (tanpa bernyanyi), kautsar sudah bisa menebak nama bangun datarnya.

Karena sudah lancar dengan bentuk bangun datar tersebut, maka saya mencoba bentuk lain, layang-layang. Saya mulai dengan metode yang sama yaitu bernyanyi sambil menggambar. Saya merasa metode belajar auditory + visual ini cocok untuk Kautsar. Kautsar juga terlihat menikmati dan tidak stress ketika harus belajar bangun datar. Terbukti dengan keinginannya yang meminta saya untuk menyanyikan dan mengilustrasikan lagu ini di atas kertas berkali-kali.

"Layang-layangku..  ditiup angin.. kuulur benang sepanjang mungkin.. lenggok ke Kiri.. lenggok ke kanan.. semakin meninggi mencapai awan.."

Tiga kali saya menyanyikan dan menggambar lagu ini, ternyata Kautsar sudah ingat nama bangun datarnya, meskipun ejaannya belum tepat. "Ayam-ayam" katanya 😅

#level4
#day1
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP
#BunsayIIP

Sebagai orangtua, wajar rasanya jika kita berambisi ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak. Some parents even take it to the whole new level: mau anaknya bisa menguasai banyak bahasa, memasukkan anaknya ke kegiatan after school yang mahal, mengenalkan anak dengan kegiatan membaca sejak usia dini, dll. Suatu hari, mungkin saya akan sampai ke tahap itu. Namun dari sekian banyak hal yang ingin saya terapkan ke anak saya, pendidikan hidup sederhana adalah salah satu hal yang menjadi prioritas.

Hidup sederhana yang saya maksud disini bukan berarti pasrah dengan hidup pas-pasan yaaa. Saya dan suami juga selalu berupaya agar keluarga kecil kami dapat menjadi keluarga yang mandiri dan sejahtera. But we promise that we will keep a simple and humble life as our core value. Betapapun berlimpahnya rejeki yang Tuhan kasih nanti, gaya hidup kami akan tetap sama dengan gaya hidup kami sekarang. Ini merupakan bentuk syukur kami. Dan ini juga yang akan kami terapkan ke anak-anak kami nanti.

Sekarang, anak kami masih bayi. Kami belum pusing mengajarkan konsep hidup sederhana. Tapi nantiii.. begitu anak kami memasuki usia remaja, kami bisa saja menghadapi tantangan klasik yang dihadapi orang tua lain : Anak ABG nya minta dibeliin gadget mahal dan canggih karena ngeliat temennya pakai gadget tersebut. Orangtua pada awalnya nggak mau beliin. Tapi kemudian anak merengek. Orangtua pun ngerasa kasian sama si anak. Orangtua hatinya meleleh. Kemudian orangtua beliin gadget yang anak idam-idamkan.

Hamil Tua :)

Sudah 38 minggu berlalu sejak saya mengetahui kabar tentang kehamilan saya. Hamil tua, begitu orang menyebutnya.  Namun masih ada kurang lebih dua minggu lagi untuk menuju waktu persalinan. Dua minggu yang menjadi akhir penantian, sekaligus awal baru bagi kehidupan saya. 

Dalam dua minggu, saya akan memasuki dunia parenthood. Dunia yang tidak terlalu saya kenal, tidak pernah pula di pelajari secara formal. Dunia yang selama ini sering saya kritisi (Yes, I did criticize my parents), dunia yang belum lama ini tengah saya amati, baca dan pelajari.

Ada banyak hal yang membuat saya begitu tertarik tentang dunia baru ini. Tertarik, sebab saya diberikan kesempatan untuk membantu seorang individu, agar tumbuh menjadi dirinya yang terbaik. Tidak hanya itu, saya diberikan peluang untuk mengenalkan, mengajarkan, membuka wawasan, pengetahuan, keterampilan serta mengembangkan potensi individu ini untuk masa depannya yang mandiri. Saya tahu ini merupakan tanggung jawab besar, dimana di dalam nya selalu terselip pertanyaan mengenai kemampuan saya sebagai seorang Ibu. Namun, saya harus terus belajar dan mampu mengajarkan kebenaran, meskipun pasti akan menemukan masa dimana saya tidak tahu persis hal yang paling benar untuk diajarkan.

Yang saya ketahui saat ini, saya menyambut baik tanggung jawab dan peran baru yang akan segera hadir. Saya siap untuk belajar dan mengajarkan, siap untuk dikritisi dan (mungkin) di judge. Saya bersedia mengapresiasi diri apabila mampu memenuhi tanggung jawab dengan baik, sekaligus memaafkan kesalahan dan ketidaksempurnaan diri sendiri. Because there is no such thing as a perfect parent. 




I dedicate this entire blog to you, my Kautsar... This will record some wonderful things and milestones on the beginning of your life. Things you probably can't remember, because you are too small.

I wish it could be one of the best gifts from me that you can cherish in the future...

With Love,
Ibu :)